Bersama angga pagi itu aku naik kereta untuk pulang kampung ke klaten.
Aku memakai pakaian yang kasual tapi terkesan chic yaitu blouse peplum warna
peach dipadukan rok mini denim, sedangkan angga seperti biasanya dia memakai
pakaian ala hijaber atasan floral warna biru muda dipadukan rok chiffon warna
dusty pink. Diamana mana banyak orang tampil fashionable dalam banyak
kesempatan, mereka tampil full show off tidak hanya ketika pesta aja tapi di
pasar, stasiun, perkantoran dan lain lain, seakan mereka berkompetisi untuk
menjadi yang tercantik. Inilah enaknya trend feminisasi global, dengan semakin
amannya tempat tempat umum dan kesempatan yang luas bagi wanita untuk mengapressiasi
diri, maka tak heran trend feminisasi akan mendominasi masyarakat luas.
Malamnya aku sudah sampai di stasiun kotaku tapi aku tidak kuatir
karena masih banyak kendaraan umum yang beroperasi pada malam hari sekarang ini
meski bukan di kota besar. Sesampai di rumah aku memencet bell beberapa kali
dan akhirnya ibu membukakan pintu buat kami. Dengan masih mengantuk ibu
memandangiku dan akhirnya memelukku, ibu berulang kali memuji kecantikanku dan
merasa senang karena sekarang dia mempunyai 4 putri yang semuanya cantik.
Paginya, setelah kupersiapkan dokumenku seperti akta kelahiran, kartu
keluarga, ijazah dari SD sampai Kuliah kukumpulkan untuk kuproses dalam
pengajuan pergantian gender. Yang pertama adalah mengurus surat rekomendasi
dari psikiater kalau pihak yang mengajukan secara psikologis mempunyai sisi
dominan yang feminin, proses ini hanya formalitas karena dengan membayar 2 juta
kita sudah mendapat suratnya tanpa proses yang berbelit. Kemudian si pengaju
menemui Ketua RT, Ketua RW dan lurah dengan menunjukkan surat rekomendasi
psikiater tersebut untuk dibuatkan surat pengajuan ke dinas kependudukan
setempat. Dan akhirnya semua berkasku komplit telah kuserahkan ke dinas
kependudukan yang nantinya akan diproses dan kira kira sekitar sebulan lagi aku
akan disahkan sebagai seorang wanita. Namun meski nantinya KTP ku keterangan
kelaminnya adalah perempuan tapi dalam akta kelahiran masih tercantum
keterangan terlahirnya adalah berjenis kelamin laki-laki.
Tak kusangka prosesnya akan semudah ini, pantas saja sekarang ini
banyak sekali pengajuan ganti kelamin di Negara ini. Apalagi
bagi yang mau mengajukan KTP baru bagi pemuda yang berusia 17 tahun, mereka
diberi kebebasan untuk memilih jenis kelamin sendiri. Meskipun aku sendiri
sekarang ini dalam proses menjadi seorang wanita tapi aku masih belum ikhlas
jika nantinya joko akan memilih kelamin sebagai perempuan disaat mengajukan KTP
nantinya karena cukuplah aku, angga dan ferdi saja yang menjadi perempuan. Aku
khawatir nanti siapa yang akan menjadi penerus keluargaku nantinya jika semua
anak laki-lakinya menjadi perempuan semua dan harus menikah dengan laki laki
karena secanggih canggihnya teknologi merubah seorang pria menjadi cantik
bahkan jauh lebih cantik dari seorang wanita tulen namun tetap saja mereka tak
bisa memberi keturunan.
Kekhawatiranku bukannya tidak beralasan, karena kulihat sendiri joko
dari hari ke hari semakin feminin dan menikmati kefemininannya. Dia rajin
mengkonsumsi hormon sampai ciri pubertas kelelakiannya tidak muncul, suaranya
masih kecil seperti suara gadis remaja, tubuhnya semakin ramping, malah
payudara dan pinggulnya semakin tumbuh. Kesehariannya joko sudah tampil full
sebagai perempuan, dia juga memakai bra dan celana dalam perempuan, rupanya
ayah dan ibu membiarkan segala keputusan joko karena pada dasarnya ayah dan ibu
punya sifat yang tidak tegas.
Setelah hampir seminggu dirumah, sudah saatnya sekarang aku dan angga
harus balik lagi ke jakarta untuk melakukan aktifitas kami seperti biasanya. Sebelumnya aku meminta angga agar membantuku mempersiapkan segala
kebutuhan yang aku perlukan untuk acara pernikahanku nantinya. Karena
pernikahanku akan dilangsungkan dua kali resepsi, di jakarta dan di klaten,
jadi akan banyak sekali yang harus disiapkan.
0 komentar:
Posting Komentar