Rabu, 09 April 2014

Putaran Zaman (Part 21: Lineage)



Bersama angga pagi itu aku naik kereta untuk pulang kampung ke klaten. Aku memakai pakaian yang kasual tapi terkesan chic yaitu blouse peplum warna peach dipadukan rok mini denim, sedangkan angga seperti biasanya dia memakai pakaian ala hijaber atasan floral warna biru muda dipadukan rok chiffon warna dusty pink. Diamana mana banyak orang tampil fashionable dalam banyak kesempatan, mereka tampil full show off tidak hanya ketika pesta aja tapi di pasar, stasiun, perkantoran dan lain lain, seakan mereka berkompetisi untuk menjadi yang tercantik. Inilah enaknya trend feminisasi global, dengan semakin amannya tempat tempat umum dan kesempatan yang luas bagi wanita untuk mengapressiasi diri, maka tak heran trend feminisasi akan mendominasi masyarakat luas.




Malamnya aku sudah sampai di stasiun kotaku tapi aku tidak kuatir karena masih banyak kendaraan umum yang beroperasi pada malam hari sekarang ini meski bukan di kota besar. Sesampai di rumah aku memencet bell beberapa kali dan akhirnya ibu membukakan pintu buat kami. Dengan masih mengantuk ibu memandangiku dan akhirnya memelukku, ibu berulang kali memuji kecantikanku dan merasa senang karena sekarang dia mempunyai 4 putri yang semuanya cantik.



Paginya, setelah kupersiapkan dokumenku seperti akta kelahiran, kartu keluarga, ijazah dari SD sampai Kuliah kukumpulkan untuk kuproses dalam pengajuan pergantian gender. Yang pertama adalah mengurus surat rekomendasi dari psikiater kalau pihak yang mengajukan secara psikologis mempunyai sisi dominan yang feminin, proses ini hanya formalitas karena dengan membayar 2 juta kita sudah mendapat suratnya tanpa proses yang berbelit. Kemudian si pengaju menemui Ketua RT, Ketua RW dan lurah dengan menunjukkan surat rekomendasi psikiater tersebut untuk dibuatkan surat pengajuan ke dinas kependudukan setempat. Dan akhirnya semua berkasku komplit telah kuserahkan ke dinas kependudukan yang nantinya akan diproses dan kira kira sekitar sebulan lagi aku akan disahkan sebagai seorang wanita. Namun meski nantinya KTP ku keterangan kelaminnya adalah perempuan tapi dalam akta kelahiran masih tercantum keterangan terlahirnya adalah berjenis kelamin laki-laki.



Tak kusangka prosesnya akan semudah ini, pantas saja sekarang ini banyak sekali pengajuan ganti kelamin di Negara ini.    Apalagi bagi yang mau mengajukan KTP baru bagi pemuda yang berusia 17 tahun, mereka diberi kebebasan untuk memilih jenis kelamin sendiri. Meskipun aku sendiri sekarang ini dalam proses menjadi seorang wanita tapi aku masih belum ikhlas jika nantinya joko akan memilih kelamin sebagai perempuan disaat mengajukan KTP nantinya karena cukuplah aku, angga dan ferdi saja yang menjadi perempuan. Aku khawatir nanti siapa yang akan menjadi penerus keluargaku nantinya jika semua anak laki-lakinya menjadi perempuan semua dan harus menikah dengan laki laki karena secanggih canggihnya teknologi merubah seorang pria menjadi cantik bahkan jauh lebih cantik dari seorang wanita tulen namun tetap saja mereka tak bisa memberi keturunan.
Kekhawatiranku bukannya tidak beralasan, karena kulihat sendiri joko dari hari ke hari semakin feminin dan menikmati kefemininannya. Dia rajin mengkonsumsi hormon sampai ciri pubertas kelelakiannya tidak muncul, suaranya masih kecil seperti suara gadis remaja, tubuhnya semakin ramping, malah payudara dan pinggulnya semakin tumbuh. Kesehariannya joko sudah tampil full sebagai perempuan, dia juga memakai bra dan celana dalam perempuan, rupanya ayah dan ibu membiarkan segala keputusan joko karena pada dasarnya ayah dan ibu punya sifat yang tidak tegas.



Setelah hampir seminggu dirumah, sudah saatnya sekarang aku dan angga harus balik lagi ke jakarta untuk melakukan aktifitas kami seperti biasanya. Sebelumnya aku meminta angga agar membantuku mempersiapkan segala kebutuhan yang aku perlukan untuk acara pernikahanku nantinya. Karena pernikahanku akan dilangsungkan dua kali resepsi, di jakarta dan di klaten, jadi akan banyak sekali yang harus disiapkan.


0 komentar:

Posting Komentar