Jumat, 22 Agustus 2014

Putaran Zaman (part 25: What Women Dreams)

Alarm jam wekerku berdering keras tepat jam 4 pagi. Tak terasa hari dimana aku akan menjadi wanita seutuhnya dimata masyarakat dan negara telah tiba, yah menjadi istri sekaligus ibu adalah pengakuan global secara publik bahwa aku adalah seorang wanita sejati, meski ragaku tak sesempurna wanita tulen.



Ketika kubuka pintu kamarku, para penata rias telah siap dengan perangkat make up mereka yang lengkap. Angga, ferdi, joko, mbak yeni, bimo dan wisnu bergantian dirias oleh para pegawai salon rias pengantin milik pak Bagus, mereka semua memakai kebaya dengan warna senada yaitu dusty pink, sedangkan aku sendiri akan di dandani sendiri oleh pak bagus dan nantinya akan memakai kebaya warna putih yang dipilihkan ibuku untuk akad nikah dan kebaya ungu untuk resepsi yang kupesan dari arini.



Pukul tujuh pagi rombongan keluarga arya telah tiba didepan rumahku. Arya didampingi ibunya dan tommy, ayah arya sendiri sudah meninggal sejak kami kuliah dulu, jadi aku sangat kagum dengan perjuanagn arya hingga sesukses sekarang ini, meski sebagian hasilnya adalah berasal dari warisan mendiang istrinya. Setelah semua telah didandani, termasuk para perias dan pak bagus sudah dandan semua dengan kebaya yang senada dengan para pagar ayu, kami semua menunggu kedatangan bapak penghulu yang rencananya tiba sebelum akad nikah pada pukul delapan. Para tim perias anak buah Pak bagus yang kesemuanya laki laki nantinya akan menjadi organizer prosesi adat sebelum acara resepsi berlangsung seperti, ritual melempar beras antar mempelai, sungkem ke orang tua sampai ritual saling menyuapi.



Pukul delapan kurang seperempat, bapak penghulu sudah tiba di rumahku. Tak menunggu lama kami semua menuju ruangan yang sudah disiapkan untuk acara akad nikah, arya sudah duluan di tempat akad nikah, sedangkan aku menyusul dengan berjalan pelan pelan karena kain bawahan kebaya ku begitu ngepress sehingga langkahku menjadi terbatas, dan juga karena makeup tebal serta hiasan bunga bunga dikepalaku jadi menambah bebanku. Kemudian setelah sampai di samping arya, aku lalu duduk dan ibuku meletakkan kerudung untuk kupakai berdua dengan arya saat akan melangsungkan akad nikah.



Jantungku tak henti hentinya berdegup kencang saat detik detik akad nikah ini, namun semua jadi terasa lega ketika para saksi bersamaan mengucap kata “Sah” dan akhirnya aku telah resmi menjadi nyonya arya, tak terasa air mata ini mengalir dengan sendirinya di pipiku, aku begitu terharu dengan suasana bahagia ini. Kulihat ibuku dan arini yang ternyata datang sejak tadi pagi juga ikutan meneteskan air mata.



Pagi itu arini tampil cantik dengan memakai kebaya warna silver dengan belahan dada yang rendah, ketika dia mendatangiku untuk bersalaman mengucapkan selamat tak sengaja kulihat belahan dadanya yang putih mulus, tak terasa penisku tiba tiba berdiri dengan kencangnya, aku merasa tersiksa karena dengan memakai kebaya dan kain bawahan yang ketat membuat penisku tertekan. Namun aku juga merasa lega karena meski aku sudah lama mengkonsumsi hormon wanita ternyata penisku masih bisa hidup.




Setelah akad nikah selesai, aku kemudian berganti kebaya menjadi kebaya resepsi. Kebaya warna ungu yang kupesan dari arini. Semua prosesi ritual adat kulalui dengan lancar. Setelah prosesi adat selesai, para tamu dipersilakan masuk ke acara resepsi. Para tamu yang datang begitu banyak, sampai berdesakan karena meski tidak semua tetangga di undang, banyak yang inisiatif datang meski tanpa undangan, karena di desa unsur sosialnya masih erat tidak seperti di kota yang individual. Namun aku tetap bersyukur karena semua berjalan dengan baik dan semua orang terlihat gembira.





Setelah resepsi selesai aku dan arya masuk kamar pengantin yang sudah dihias dengan bunga bunga dan aneka hiasan serba warna pink. Fotografer memotret aku dan arya dengan pose pose yang mesra, terasa agak aneh bagiku karena baru kali ini aku dipeluk mesra dan dicium oleh lelaki, apalagi oleh arya sahabatku meski Cuma dalam pose foto. Setelah sesi foto selasai masih dilanjutkan dengan ramah tamah dengan saudara atau tetangga yang baru datang karena tadi tidak sempat ikut resepsi sampai sore hari. Badanku terasa capek sekali apalagi masih dalam dandanan busana pengantin, namun aku bahagia karena fase awal pernikahan sudah kulalui dengan lancar.







Akhirnya malam itu selesai semua berbagai rangkaian acara pernikahanku. Aku dan arya memasuki kamar pengantin untuk mandi lalu istirahat. Kulepaskan kebayaku dan semua aksesoris pengantin wanita yang melekat di kepala dan tubuhku, kulanjutkan dengan mandi lalu ganti baju dengan gaun tidur model pegnoir/gaun panjang berbahan satin. Kurebahkan tubuhku di kasur yang baunya terasa wangi karena banyak bertaburan bunga pelangi. Arya yang juga telah mandi menyusulku ke tempat tidur, kami ngobrol sebentar lalu tak terasa perlahan mataku terpejam dengan sendirinya.




Paginya arya membangunkanku dan menyuruhku segera mandi dan bersiap diri karena ruang tengah sudah ramai dengan para saudara yang sedang berbincang bincang. Setelah mandi aku segera dandan dengan dandanan yang ringan, aku berbusana santai dengan memakai blouse warna biru mint berbahan chiffon dipadukan dengan rok chiffon panjang dengan bahan chiffon juga. Kemudia aku menyusul arya untuk mengobrol dengan saudara saudara arya yang baru datang dari luar kota. Didepan saudara saudaranya arya selalu bersikap mesra kepadaku, meski aku dan arya sepakat pernikahan ini hanya karena motif persahabatan, namun disisi lain kami harus bisa menjaga perasaan keluarga kami, agar tetap mengira bahwa pernikahan itu dilakukan karena dasar saling mencintai dan menyayangi untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia.

Kamis, 21 Agustus 2014

Putaran Zaman (Part 24: Well Done)



Puas rasanya bisa mendapatkan gaun dan kebaya yang aku sukai, aku yakin aku pasti cantik dengan baju baju tersebut, selain itu aku juga merasa bahagia bisa bertemu dengan arini setelah sekian lama kami tak pernah jumpa. Setelah urusan pakaian pengantin beres, tiba saatnya step selanjutnya yaitu nyebar undangan karena waktu sudah mepet tinggal 3 minggu lagi. Untuk Undangan kuserahkan semua ke angga, ardi dan oki, mereka semua yang memesan undangan dan nantinya yang akan menyebar undangan pernikahanku ke keluarga, handai taulan dan teman teman. Tak lupa cover depan undangan kutampilkan fotoku bersama arya saat prewedding. Foto prewedding kuserahkan pada studio foto dekat kantorku, aku dan ardi berfoto di studio itu dua minggu yang lalu, untuk gaun dan kebaya prewedding aku sewa dari studio itu agar cepat prosesnya.



Siang itu setelah aku ambil undanganku yang sudah jadi, aku memanggil ardi, oki dan angga untuk datang ke kantorku. Angga, ardi dan oki datang ke kantorku kompak dengan gaya busana hijaber, mereka tampak semangat sekali dalam membantu urusan pernikahanku ini. Mereka juga kompak ingin dijadikan pagar ayu saat acara resepsi pernikahanku di kota asalku. Untuk angga aku tidak mempermasalahkan karena dia adikku sendiri tapi untuk ardi dan oki aku agak ragu karena aku khawatir pakde harjo tidak akan mengijinkannya karena pak harjo tidak mau ardi dan oki mengikuti jejak mbak yeni menjadi perempuan. Selama ini ardi dan oki hanya dandan perempuan saat kuliah di jakarta, kebetulan mereka sekampus dengan angga. Namun saat mereka mudik ke kampung halamannya mereka kembali berpenampilan seperti laki laki pada umumnya, maka tak heran mereka tidak berani memanjangkan rambut dan memakai hijab saat kuliah di jakarta. Akhirnya aku hanya bisa berjanji melobby pakde harjo yang terkenal keras itu untuk mengijinkan ardi dan oki menjadi pagar ayu di acara pernikahanku dan mereka masih bisa berpeluang menjadi bridesmaid ketika acara resepsiku yang diadakan di jakarta dengan tema pernikahan ala barat, karena rsepsi yang dijakarta dikhususkan untuk teman dan relasi saja, jadi kemungkinannya tidak ada pakde harjo di resepsi yang di jakarta.



Untuk urusan catering dan gedung sudah aku serahkan kepada ibuku dan ibunya arya, lagipula nantinya resepsi yang diklaten diadakan di rumahku sendiri agar para tetangga lebih banyak yang datang. Aku sendiri ambil cuti seminggu untuk mempersiapkan acara pernikahanku ini, menunggu hari hari pernikahanku ini, aku merasa gugup, karena tak kusangka aku akan menjadi istri sekaligus seorang ibu, hal yang tak pernah kuduga seumur hidupku. Namun y6ang namanya takdir memang tak bisa ditebak, kita hanya bisa menjalani sebaik yang kita bisa.

3 hari sebelum pernikahanku, aku sudah sampai di klaten. Aku tidak mau semua rencana pernikahanku tidak berjalan tanpa ada aku disitu. Tenda pernikahan sudah berdiri megah di depan rumahku, kebetulan halaman rumahku luas sehingga bisa menampung banyak tamu. Tante ima dan tande farah sudah datang ke rumah untuk membantu acara pernikahanku, tante ima dan tante farah adalah adik kandung ayahku. Mereka datang membawa anak anaknya, tiana dan wisnu adalah anak tante ima, sedangkan bimo adalah satu satunya anak tante farah.

Yang menjadi pagar ayu di resepsi pernikahanku akhirnya adalah mbak yeni, ferdi, angga dan joko. Oki dan ardi tidak diijinkan untuk menjadi pagar ayu oleh pakde harjo padahal aku sudah melobinya dengan alasan yang jadi pagar ayu jumlahnya kurang. Akhirnya aku meminta tante farah dan tante ima mengijinkan wisnu dan bimo jadi pagar ayu, sedangkan tiana tidak kuminta karena dia masih smp.



Syukurlah tante ima dan tante farah mengijinkan, lagipula bimo dan wisnu sudah biasa memakai pakaian wanita di sekolahnya karena sekolah mereka menerapkan pakaian nasional yang wajib tiap hari jumat dan sabtu adalah kebaya. Padahal sebelumnya saat awal masuk sekolah dulu, para siswa laki laki memakai celana dan hanya memakai kebaya saat jumat-sabtu, akhirnya daripada memakai pakaian yang nanggung, gonta-ganti pakaian pria wanita, kebanyakan siswa pria full tampil dandan perempuan setiap hari termasuk wisnu dan bimo, meski mereka dirumah tetap berpakaian pria.


Putaran Zaman (Part 23: One for All)



Aku dan Arini kembali ke showroom butik pengantin tanpa ada sepatah katapun terucap, aku bingung mau berkata apa lagi setelah perbincangan kami tadi di toilet, dan aku yakin kalau arini pasti bingung dengan pernyataanku kalau aku masih mencintainya padahal aku sudah menjadi wanita dan akan melangsungkan pernikahan dengan arya. Akhirnya kukumpulkan keberanianku untuk memulai pembicaraan,
“arini, kamu datang kan ke pernikahanku?” tanyaku
“i..iya” jawab arini dengan agak ragu
“syukur deh, by the way, aku suka dengan gaun pengantin backless tadi, aku ambil ya” ucapku dengan mantap
“boleh, tidak sekalian dengan kebaya nya juga? Katanya mau pake adat jawa yang resepsi di klaten? “ tanya arini
“iya deh, aku kebayanya ambil dari kamu juga, biar sekalian” balasku
“makasih, kamu pasti cantik dengan kebaya bikinanku ini” ucap arini
Sambil menunjuk sehelai baju kebaya resepsi warna ungu.
“iya cantik sekali, tapi pikirku pasti lebih cantikan kamu kalo kamu yang pake” balasku sambil tersenyum
Arini tidak membalas dengan kata kata tapi sebuah senyuman kecil yang manis merekah dari bibirnya sambil tersipu malu.
Syukurlah pikirku, suasana sudah mencair kembali, meski aku tidak tau apa yang ada di pikiran dan perasaan arini saat ini.
“jangan lupa datang ya rin” ucapku sambil mengirim sms ke angga kalau aku sudah dapat segala keperluanku.
“ya pastilah ndra, nanti kamu pakai baju apa di resepsi kalau aku nggak datang hehehe” ucap arini sambil tertawa.
“o iya ya hehe” entah kenapa rasanya senang sekali hati ini ketika melihat arini tertawa dan tersenyum, namun aku berusaha tidak terlalu larut dalam perasaan ini, karena aku sadar dengan keadaanku sekarang ini sebagai seorang wanita dan calon istri arya.



Sesaat kemudian angga mendatangi kami berdua dan angga kukenalkan pada arini. Angga terlihat kagum dengan butik arini, karena dia memang bercita cita punya butik sendiri dan punya bisnis di bidang kecantikan.
“bagus sekali butik mbak, sudah berapa lama merintisnya?” tanya angga
“baru 4 tahun dek” jawab arini
“aku juga pingin banget bikin butik, kebetulan adik adikku nanti bisa jadi model butikku nantinya” tambah angga
“lho ndra, bukannya adikmu cowo semua?” tanya arini padaku
“emm..sekarang jadi cewe semua rin, itu kamu tau putri indonesia yang barusan menang, ferdiana itu adikku si ferdi” jawabku
“wah hebat ya, orang tuamu pasti bangga”
“tapi mbak, aku dan joko masih belum punya KTP wanita” sahut angga
“oo, terus kenapa kok gak diurus pergantian gendernya?” arini balas bertanya
“aku masih bingung mbak, karena aku dandan perempuan Cuma senang dengan trend fashion dan make upnya” jawab angga
“hmm iya sih, aku juga banyak liat kalau sekarang banyak cowo jadi cewe karena trend dan pergaulan, tambah susah nih para cewe tulen buat dapet suami ” tambah arini
“jangan khawatir rin, aku yakin kamu pasti nanti dapat suami yang baik dan bisa jadi pemimpin buat keluargamu” ucapku untuk menenangkan perasaan arini   
“makasih ndra, trus bagaimana dengan ibumu? Dulu dia punya 4 putra tapi sekarang menjadi 4 putri” tanya arini penasaran
“ibu dan ayahku mendukung kok rin, selama kami bahagia dengan pilihan kami dan tidak menyusahkan orang lain” jaweabku kalem
“lagian sekarang kan sudah biasa mbak pria menjadi wanita, temen temen cowo sekampusku sekarang sudah banyak jadi cewe, meski belum sampai ganti gender di ktp tapi minimal sudah berpakaian wanita, pake dress, rok , blouse dan memanjangkan rambut dengan potongan seperti artis korea” tambah angga
“iya sih ngga, customerku saja disini, tak sedikit yang transgender”
Ucap arini.



Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan hari sudah semakin gelap, akhirnya aku pamit pulang ke arini setelah fitting gaun dan kebaya yang aku pilih tadi. Di perjalanan pulang aku menelepon raya mengabarkan bahwa sudah dapat gaun dan kebayanya, sembari kukirimkan gambar gaun dan kebayanya lewat BBM, arya juga menyukainya karena selain gaun dan kebayanya bagus, tapi juga karena gaun itu bikinannya arini dan arini bakal datang di pernikahan kami, resepsi kami nantinya bisa jadi ajang temu kangen sahabat yang sudah lama tidak bertemu.