Alarm jam wekerku berdering keras tepat jam 4 pagi. Tak terasa hari
dimana aku akan menjadi wanita seutuhnya dimata masyarakat dan negara telah
tiba, yah menjadi istri sekaligus ibu adalah pengakuan global secara publik
bahwa aku adalah seorang wanita sejati, meski ragaku tak sesempurna wanita
tulen.
Ketika kubuka pintu kamarku, para penata rias telah siap dengan perangkat make up mereka yang lengkap. Angga, ferdi, joko, mbak yeni, bimo dan wisnu bergantian dirias oleh para pegawai salon rias pengantin milik pak Bagus, mereka semua memakai kebaya dengan warna senada yaitu dusty pink, sedangkan aku sendiri akan di dandani sendiri oleh pak bagus dan nantinya akan memakai kebaya warna putih yang dipilihkan ibuku untuk akad nikah dan kebaya ungu untuk resepsi yang kupesan dari arini.
Ketika kubuka pintu kamarku, para penata rias telah siap dengan perangkat make up mereka yang lengkap. Angga, ferdi, joko, mbak yeni, bimo dan wisnu bergantian dirias oleh para pegawai salon rias pengantin milik pak Bagus, mereka semua memakai kebaya dengan warna senada yaitu dusty pink, sedangkan aku sendiri akan di dandani sendiri oleh pak bagus dan nantinya akan memakai kebaya warna putih yang dipilihkan ibuku untuk akad nikah dan kebaya ungu untuk resepsi yang kupesan dari arini.
Pukul tujuh pagi rombongan keluarga arya telah tiba didepan rumahku.
Arya didampingi ibunya dan tommy, ayah arya sendiri sudah meninggal sejak kami
kuliah dulu, jadi aku sangat kagum dengan perjuanagn arya hingga sesukses
sekarang ini, meski sebagian hasilnya adalah berasal dari warisan mendiang
istrinya. Setelah semua telah didandani, termasuk para perias dan pak bagus
sudah dandan semua dengan kebaya yang senada dengan para pagar ayu, kami semua
menunggu kedatangan bapak penghulu yang rencananya tiba sebelum akad nikah pada
pukul delapan. Para tim perias anak buah Pak bagus yang kesemuanya laki laki nantinya akan menjadi organizer prosesi adat
sebelum acara resepsi berlangsung seperti, ritual melempar beras antar
mempelai, sungkem ke orang tua sampai ritual saling menyuapi.
Pukul delapan kurang seperempat, bapak penghulu sudah tiba di rumahku.
Tak menunggu lama kami semua menuju ruangan yang sudah disiapkan untuk acara
akad nikah, arya sudah duluan di tempat akad nikah, sedangkan aku menyusul
dengan berjalan pelan pelan karena kain bawahan kebaya ku begitu ngepress
sehingga langkahku menjadi terbatas, dan juga karena makeup tebal serta hiasan
bunga bunga dikepalaku jadi menambah bebanku. Kemudian setelah sampai di
samping arya, aku lalu duduk dan ibuku meletakkan kerudung untuk kupakai berdua
dengan arya saat akan melangsungkan akad nikah.
Jantungku tak henti hentinya berdegup kencang saat detik detik akad
nikah ini, namun semua jadi terasa lega ketika para saksi bersamaan mengucap
kata “Sah” dan akhirnya aku telah resmi menjadi nyonya arya, tak terasa air
mata ini mengalir dengan sendirinya di pipiku, aku begitu terharu dengan suasana
bahagia ini. Kulihat ibuku dan arini yang ternyata datang sejak tadi pagi juga
ikutan meneteskan air mata.
Pagi itu arini tampil cantik dengan memakai kebaya warna silver dengan belahan dada yang rendah, ketika dia mendatangiku untuk bersalaman mengucapkan selamat tak sengaja kulihat belahan dadanya yang putih mulus, tak terasa penisku tiba tiba berdiri dengan kencangnya, aku merasa tersiksa karena dengan memakai kebaya dan kain bawahan yang ketat membuat penisku tertekan. Namun aku juga merasa lega karena meski aku sudah lama mengkonsumsi hormon wanita ternyata penisku masih bisa hidup.
Pagi itu arini tampil cantik dengan memakai kebaya warna silver dengan belahan dada yang rendah, ketika dia mendatangiku untuk bersalaman mengucapkan selamat tak sengaja kulihat belahan dadanya yang putih mulus, tak terasa penisku tiba tiba berdiri dengan kencangnya, aku merasa tersiksa karena dengan memakai kebaya dan kain bawahan yang ketat membuat penisku tertekan. Namun aku juga merasa lega karena meski aku sudah lama mengkonsumsi hormon wanita ternyata penisku masih bisa hidup.
Setelah akad nikah selesai, aku kemudian berganti kebaya menjadi
kebaya resepsi. Kebaya warna ungu yang kupesan dari arini. Semua prosesi ritual
adat kulalui dengan lancar. Setelah prosesi adat selesai, para tamu
dipersilakan masuk ke acara resepsi. Para tamu yang datang begitu banyak,
sampai berdesakan karena meski tidak semua tetangga di undang, banyak yang
inisiatif datang meski tanpa undangan, karena di desa unsur sosialnya masih
erat tidak seperti di kota yang individual. Namun aku tetap bersyukur karena
semua berjalan dengan baik dan semua orang terlihat gembira.
Setelah resepsi selesai aku dan arya masuk kamar pengantin yang sudah
dihias dengan bunga bunga dan aneka hiasan serba warna pink. Fotografer
memotret aku dan arya dengan pose pose yang mesra, terasa agak aneh bagiku
karena baru kali ini aku dipeluk mesra dan dicium oleh lelaki, apalagi oleh
arya sahabatku meski Cuma dalam pose foto. Setelah sesi foto selasai masih
dilanjutkan dengan ramah tamah dengan saudara atau tetangga yang baru datang
karena tadi tidak sempat ikut resepsi sampai sore hari. Badanku terasa capek
sekali apalagi masih dalam dandanan busana pengantin, namun aku bahagia karena
fase awal pernikahan sudah kulalui dengan lancar.
Akhirnya malam itu selesai semua berbagai rangkaian acara
pernikahanku. Aku dan arya memasuki kamar pengantin untuk mandi lalu istirahat.
Kulepaskan kebayaku dan semua aksesoris pengantin wanita yang melekat di kepala
dan tubuhku, kulanjutkan dengan mandi lalu ganti baju dengan gaun tidur model pegnoir/gaun panjang berbahan satin. Kurebahkan tubuhku di kasur yang baunya terasa wangi karena
banyak bertaburan bunga pelangi. Arya yang juga telah mandi menyusulku ke
tempat tidur, kami ngobrol sebentar lalu tak terasa perlahan mataku terpejam
dengan sendirinya.
Paginya arya membangunkanku dan menyuruhku segera mandi dan bersiap
diri karena ruang tengah sudah ramai dengan para saudara yang sedang berbincang
bincang. Setelah mandi aku segera dandan dengan dandanan yang ringan, aku
berbusana santai dengan memakai blouse warna biru mint berbahan chiffon
dipadukan dengan rok chiffon panjang dengan bahan chiffon juga. Kemudia aku
menyusul arya untuk mengobrol dengan saudara saudara arya yang baru datang dari
luar kota. Didepan saudara saudaranya arya selalu bersikap mesra kepadaku,
meski aku dan arya sepakat pernikahan ini hanya karena motif persahabatan,
namun disisi lain kami harus bisa menjaga perasaan keluarga kami, agar tetap
mengira bahwa pernikahan itu dilakukan karena dasar saling mencintai dan
menyayangi untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia.
3 komentar:
Jngan kelamaan dong lanjutannya....ya..
Ditunggu kelanjutannya..... udh g sabar nih ingin membaca cerita selanjutnya
iya sis, makasih ya telah dengan sabar mengikuti blog aq :D
Posting Komentar