Senin, 10 Maret 2014

Putaran Zaman (Part 18: Win win Solution)

Malam itu mataku susah terpejam, semua bagaikan mimpi, aku nyaris tidak percaya kalau adikku bakal memenangkan kontes kecantikan paling bergengsi di Negeri ini. Aku terbawa euphoria antara perasaan bangga dan bahagia. Aku tak bias membayangkan bagaimana semua anggota keluargaku akan merayakan momen spesial ini.  Aku lalu menelepon ibu dan dari ucapannya di telepon terlihat jelas betapa gembiranya beliau dan beliau meminta aku menyempatkan waktu untuk pulang kampong guna mengikuti acara syukuran yang akan diadakan setiba mereka dari Bali, dan aku mengiyakannya. Perbincangan di telepon membuatku mengantuk mendengar cerita ibu dari A sampai Z apa yang dialami ibu disana dan akhirnya akupun terlelap.



Sinar mentari pagi yang datang dari lubang ventilasi udara menyilaukan mataku yang masih terpejam. Kuraba handphone disampingku untuk melihat waktu dan sms atau email yang datang. Ternyata ada 6 panggilan tak terjawab dari arya, karena kupikir mungkin ada hal yang penting, kemudia aku langsung telepon balik arya.
“halo , pagi ar, ada apa nih?” kusapa arya
“wah gini ya kalo hari minggu, kerjaannya molor mulu, dah mau siang nih” arya meledekku
“maaf nih tadi malem ga bisa tidur, liat Putri Indonesia”jawabku
“oh, katanya adikmu ikut ya, menang gak? ” Tanya arya
“Alhamdulillah, ferdi menang!” ucapku dengan semangat
“wah pantes lah, abangnya eh mbaknya aja cantik hehehe” arya meledekku lagi.
“udah deh jangan gitu, btw ada apa nih tadi telpon ”tanyaku ketus.
“kamu hari ini ada waktu ga? Aku mau ketemu nih, ada yang perlu kubicarakan” jawab arya
“bisa, tapi mau ngomongin apa?” tanyaku lagi
“nanti aja kita bicara disana, kita ketemu di tempat biasa ya dan jangan lupa dandan yang cantik” jawab arya
“oke, kalo masalah cantik jangan ditanya lah, pasti aku selalu cantik” aku mulai ganjen
“iya deh, jangan lupa kumisnya dicukur dulu hahaha” balas arya
“sialan” gumamku.



Jam 12 siang aku sampai di café tempat aku dan arya biasa nongkrong jika ada waktu senggang. Siang itu aku memakai longdress floral berbahan chiffon dan cardigan warna putih dengan rambut panjangku kubiarkan terurai. Disana aku melihat arya dan tommy sudah menungguku di salah satu meja yang ada disana.
“hai arya dan tommy, sudah lama nunggu nih?” Aku menyapa mereka.
“gak lama kok, baru setengah jam” jawab arya.
“by the way, gak biasanya kamu ngajak tommy kesini?” tanyaku
“oh, nggak sih, Cuma lagi pengen aja ngajak tommy, dah lama gak jalan jalan bareng aku”jawab arya
“oo gitu ya, eh mau ngomongin apa nih kok kayaknya penting banget” aku mulai membuka topic obrolan.
“iya nih, gini ndra mmm…kita kan sudah kenal lama sejak dulu sekolah, sudah tau hamper semua tentang kita berdua, mulai sifat, kebiasaan dan keluarga, dan udah kayak saudara sendiri gitu deh, jadi kira kira kamu mau bantu aku eh gimana ya ngomongnya..”arya spertinya agak bingung dengan apa yang mau disampaikannya.
“udah santai aja, langsung aja, apa sih yang bisa aku bantu?” tanyaku penasaran.
“emmm… mau kah kamu menikah denganku ndra?” ucap arya dengan nada tegas.
“hah, gak salah nih?” aku terkejut.
“maksudku gini, kita menikah secara formalitas aja, biar kita bisa serumah dan bisa membesarkan anakku bersama-sama”
“tommy sayang kamu ndra udah kayak ibunya sendiri, dan kamu sendiri sudah merubah dirimu nyaris sudah seperti wanita beneran,aku rasa hampir mustahil jika ada wanita yang mau kamu nikahi dengan kondisimu sekarang”
“dan tawaranku inilah yang kupikir bisa menjadi solusi yang bisa kita lakukan untuk masa depan kita” arya memohon
“iya tante, tommy mau tante jadi mama tommy” tommy ikutan merengek.
“aku butuh waktu untuk memikirkannya, beri waktu aku sehari, bisa kan ar ?”ucapku sambil berpikir
“boleh, intinya aku Cuma pengen hal yang terbaik buat kita semua ndra” arya seperti menekankan kehendaknya

Setelah pembicaraan itu, menu yang kami pesan datang diantar oleh waiter dan kamipun melanjutkannya dengan makan bersama.
Dan setelah dari café itu kami bertiga berangkat menuju mall untuk sekedar jalan jalan dan cuci mata dan sorenya arya mengantarku ke homestay tempat aku menginap biasanya.