Rabu, 02 Oktober 2013

Putaran Zaman (Part 9: It Doesn't matter)

Setelah Ferdi mantap memutuskan untuk berganti gender jadi wanita, aku jadi merasa terkucilkan diantara saudara saudaraku. Semua telah menjadi perempuan, hal yang tak pernah kuduga sebelumnya. Meski Angga dan jaka belum sepenuhnya menjadi perempuan. Yah gimana lagi lingkungan lah yang paling berpengaruh terhadap pola pikir rata rata anak adam, apalagi ditengah dunia yang semakin gila ini. Batasan batasan tradisional tentang berbagai hal sudah banyak dilupakan, terutama masalah moral, gender adat, etika dan banyak hal lain




Pergeseran mindset yang paling terasa adalah pandangan tentang gender. Dulu wanita dan pria itu dibedakan dengan batasan yang jelas, namun sekarang semua orang bebas sesukanya memilih apa yang mereka inginkan, mau tampil seperti apa, berperilaku seperti apa, menikah dengan siapa, semua bebas, mendebatkan perbedaan gender atau pilihan gender dianggap kolot dan kuno, bahkan kadang dianggap sebagai ekstrimis. Apalagi didukung oleh undang undang pemerintahan yang disahkan DPR, pembuat undang undang itu hanya tahu uang yang mengalir ke kantong pribadi mereka dari pemilik pemilik modal yang menikmati hasil dari pergeseran pandangan masyarakat ini.

Perpindahan gender semakin mudah, semudah pindah alamat rumah. Mulai tahun ini, calon pemohon KTP baru bebas memasukkan jenis kelamin yang mereka inginkan tanpa mempedulikan kelamin waktu lahir. Meski demikian dalam pernikahan, hanya membolehkan pernikahan antara Pria dan Wanita saja, jadi pasangan sejenis yang mau menikah salah satunya harus berganti keterangan identitas gender di KTP nya. contoh bila ada 2 orang pria mau menikah, salah satunya harus menjadi wanita dan menjalani gender role sebagai selayaknya wanita seperti menjadi seorang istri dan ibu.







Di kota kota besar gender wanita sangat dominan karena pilihan profesi yang lebih variatif dan aman, meski kebanyakan Bos dan owner perusahaan adalah pria. Profesi pria cebderung kurang diminati seperti tentara, pemadam kebakaran, teknisi, engineer, operator industri karena beban kerja berat , terkesan kasar dan Profesi pria kebanyakan ditempatkan diluar pusat keramaian. Pria pria di kota besar semakin susah

ditemui.




Sekolah sekolah khusus wanita semakin banyak dibuka, kadang adapula sekolah umum yang diubah menjadi sekolah wanita karena mengikuti keadaan masyarakat. Para murid laki laki banyak yang mendaftar sebagai perempuan karena Sekolah wanita lebih menjanjikan masuk kampus dengan prospek kerja yang enak menurut mereka. dan ada juga sekolah umumyang menerapkan penyeragaman pakaian seragam murid murid baik laki laki atau perempuan, penyeragamannya semua memakai baju seragam anak perempuan karena pakaian perempuan sudah dianggap umum untuk dipakai semua gender dan terkesan lebih rapi ,bagus modelnya dan bahan yang lebih enak dipakai.






Dari sisi budaya pakaian perempuan lebih banyak mewakili identitas kebangsaan daripada pakaian pria. Contohnya kebaya yang menjadi pakaian nasional kita, kimono pakaian nasional jepang, saree pakaian khas india dan banyak lainnya. Kebaya sudah biasa dipakai siapapun, bahkan hari kartini juga dirayakan oleh anak laki laki juga.






Kalau dulu para orang tua banyal menginginkan anak laki laki karena bisa menjadi tulang punggung dan penerus nama keluarga. Namun sekarang berbeda anak perempuan lebih diinginkan karena lebih rajin, nurut, lebih banyak pilihan profesinya dan lebih menyenangkan sikapnya.


Ketika undang undang perubahan gender yang baru ditetapkan dan disusul undang undang wajib militer bagi pria berusia 18 sampai 35 tahun. Jumlah laki laki yang mengganti gender menjadi perempuan meningkat pesat, padahal awalnya wajib militer dicanangkan untuk mengurangi jumlah arus transgender, dengan mendidik para pria menjadi lebih jantan, namun malah hal sebaliknya yang terjadi karena banyak pria yang takut dengan hal hal militer dan harus melakukan hal hal yang berbahaya di dunia militer.



Tercatat sekitar 38% jumlah transgender dari total jumlah pria di indonesia pada akhir tahun ini. Padahal awal tahun hanya sekitar 15% saja. Jumlah yang cukup signifikan terutama di kota kota besar. Belum lagi jumlah pria yang berpenampilan perempuan tapi masih tercatat sebagai pria di KTP nya. Kalau menurut pengamatanku di Kota tempatku bekerja 70% laki lakinya berpenampilan wanita, entah sudah merubah gendernya atau belum.


Keadaan ini membuat hatiku tidak merasa nyaman di Kota besar. Untungnya sebentar lagi aku akan segera pindah ke Kalimantan untuk dinas dalam rangka ekspansi bisnis perusahaan di bidang pembiayaan alat berat, terutama untuk tambang dan perkebunan. Kurang sebulan lagi pengalaman baru buatku di tanah nun jauh disana akan segera datang.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

I like this story

Unknown mengatakan...

Please..update donk ceritanya

Unknown mengatakan...

Aku suka cerita ceritamu dean cook

Unknown mengatakan...

Keren ~

Posting Komentar